Minggu, 13 Januari 2013

Novel My Partner (resensi)


Judul: My Partner
Pengarang: Retni SB
Pewajah sampul: maryna_design@yahoo.com
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 288 hlm
Harga: Rp43.000
Rilis: Februari 2012 (cet. ke-1)
ISBN: 978-979-22-8017-3


Summary
Dunia Tita langsung menggelap ketika vonis bersalah atas dugaan korupsi pada Ayahnya ditetapkan pengadilan dan enam tahun beliau harus mendekam di penjara, ditambah dengan kewajiban mengganti kerugian pada negara yang nilainya bikin jantungan. Dari masalah itu, berdatangan pula masalah-masalah lain yang harus dihadapinya. Sampai berujung dengan penyitaan seluruh aset orangtuanya demi mengganti rugi sesuai vonis pengadilan.

Adalah Butet dan Sani, dua sahabat yang memberikan dukungan tak tanggung-tanggung pada Tita. Papa dan Oom Anton juga selalu menyemangatinya untuk bertahan menghadapi guncangan demi guncangan hidup. Dan, ada Jodik juga yang memberikan warna dalam keseharian Tita. Hanya satu pertanyaannya, sanggupkah Tita menghadapi Jodik yang selalu sinis dan suka menyindirnya itu?
Simak perjuangan Tita menjalani hidupnya di belantara Jakarta yang tak ramah dalam novel terbaru karya Retni SB bertajuk My Partner ini.

Berbahagia sekali ketika mendengar kabar mbak Retni SB telah merampungkan novel terbarunya lewat twitter. Saya termasuk salah satu penggemar tulisannya yang berusaha tidak melewatkan membaca satu pun karya-karyanya. Maka, ketikaDelisa secara sadis men-tweet bahwa dia sudah membelinya, saya langsung menetapkan hati untuk segera mendapatkannya, dan ketika sudah membelinya saya langsung membacanya. Dan, astaga, saya jatuh cinta sama novel ini. Terima kasih, mbak Retni.

Novel metropop telah berkembang (dan bertahan) dengan segala pesonanya. Jikalau dulu, mostly metropop selalu disesaki pernik-pernik kehidupan di kota metropolitan dengan embel-embel segala jenis brand barang mewah from head to toe, sekarang banyak juga novel metropop yang tampil dengan sederhana, down to earth, dan bertema keseharian. Menurut saya, Retni SB menjadi salah satu dari sekian banyak novelis metropop yang berhasil menghadirkan kisah cinta metropolis yang sangat dekat dengan keseharian. Tak terkecuali My Partner ini.

Saya sudah jatuh cinta sejak satu demi satu tokoh dihadirkan dalam dunia Tita ini. Sang Ayah dan Oom Anton yang rapuh namun tegar, Butet dan Sani yang meskipun hidup susah tapi selalu menghadirkan keceriaan, sampai dengan Pak RT yang bergenit-genit ria pada Tita. Sedangkan porsi utama romansa dihadirkan lewat dua tokoh cowok berkarakter berkebalikan, Dito dan Jodik. Saya dibuat demikian terikat pada dua karakter ini. Saya bisa memahami jika mungkin beberapa pembaca merasa sebal pada Jodik, tapi percayalah tokoh ini diciptakan seperti itu memang ada sebabnya. Jadi, jika ingin tahu alasannya baca sampai akhir yaa...:)

Dari segi plot, sangat terjaga dengan baik. Background arsitek bagi kedua tokoh utama memberikan nuansa tersendiri. Jalinan keduanya terlihat manis dalam balutan perbincangan tentang desain bangunan. Untuk latar profesi arsitek, bagi saya cukup. Saya yakin banyak istilah-istilah arsitektur tapi mbak Retni memilih menghadirkannya dalam deskripsi sederhana yang mudah dipahami. 

Selain itu, saya sangat menyukai mbak Retni yang berhasil membuat dialog-dialog cerdas nan kocak. Tak perlu adegan slapstick untuk menghadirkan humor yang bagus, tetapi cukup melalui interaksi para tokohnya dalam dialog-dialognya, saya sudah dibuat cekakakan sendiri. Serius, saya sampai takut suara tawa saya terdengar teman kos sebelah lalu saya diduga gila. Saya cengengesan sendiri pukul 2 pagi, can u imagine that? Hahaha. Namun demikian, situasi sulit yang dihadapi Tita turut pula membuat saya berkaca-kaca. Banyak adegan-adegan yang memelintir perasaan saya. 

Terkait dengan gaya menulis, mungkin saya hanya sedikit kurang nyaman dengan gaya-menggiring yang terkadang digunakan mbak Retni dengan seringnya mengawali paragraf atau kalimat dengan kata-kaya Ya/Yeah/Hmm Sebagai contoh:
 (hlm. 31) Ya, Tita dan Sani sedang ...
(hlm. 40) Ya, sekarang Tita ...
(hlm. 90) Ya, malam ini mereka sedang...
Entahlah, saya juga kerap menggunakan teknik ini dalam menulis kalau sudah bingung bagaimana menghubungkan antarkalimat atau antarparagraf. 

Saya mendapati mbak Retni mencoba menyuarakan nada protesnya atas penegakan hukum di Indonesia. Entah disengaja atau tidak, beberapa bagian menggambarkan bagaimana proses perjuangan mendapatkan keadilan di negeri ini tidak mudah. Mulai dari kejanggalan proses persidangan, atasan yang tak ikut dihukum, hingga upeti kecil-kecilan bagi petugas lapas. Jujurlah, itu semua bukan lagi rahasia di Indonesia. Tiap hari, berita televisi atau media cetak/digital telah mengabarkannya. 

Mungkin yang saya tanyakan, sampai dengan akhir kisah ini adalah bagaimana kelanjutan upaya ganti rugi bagi negara yang belum seluruhnya terbayarkan meski telah dilakukan penyitaan. Sampai dengan cerita selesai, tak lagi ada penjelasan tentang kisah hukum ini sedangkan saya ingin mengetahui informasinya. Apakah Ayah musti menambah masa penjaranya sebagai pengganti kekurangan pelunasannya atau bagaimana. Terus, soal pasca jotosan yang melibatkan Dito-Jodik, kok nggak ada kelanjutannya, ya? Maksud saya, di zaman seperti ini, semua orang gampang sekali melaporkan orang lain ke kepolisian dengan alasan tindakan-tidak-menyenangkan kan, masak Dito nggak ngelaporin Jodik yang sudah menjotosnya? Korban infotainment sih, hahaha, kebetulan belakangan kan sedang ada berita soal cucunya Adam Malik yang melaporkan cucunya Soeharto karena tindakan tidak menyenangkan itu hanya karena kelempar gelas di sebuah kafe. Hmmm. Tapi, bagi saya, kedua hal itu sama sekali tidak memengaruhi jalan cerita sih. It just me and my curiousity

Oiya, selamat juga buat tim editing dan proofreadingnya. Sepanjang proses membaca, tak banyak typo yang saya temukan, paling hanya ini:
 (hlm. 59) ...ganti rugi sebesar itu itu. (duplikasi kata itu)
(hlm. 278) tenggorokkan = tenggorokan
My favorite part pada novel ini:
 Aku nggak pengin pacaran. Aku pengin menikah. Supaya lebih leluasa ngapa-ngapain. (hlm. 255)
Dan endingnya, ya ampunnn, so sweet. Meskipun ketika Jodik mulai menjelaskan soal rumah itu, saya sudah bisa menebak kejutannya. Tak ayal, saya ikut berbahagia juga. 

Overall, saya suka novel ini. Oh, bukan, I LOVE itDefinitely saya tak salah menjadi penggemar yang akan selalu menantikan karya-karya mbak Retni SB. 

Selamat membaca kawan!



0 Tanggapan:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates